Manusia memiliki dua sisi yang selalu melekat dalam dirinya yakni
baik dan buruk. Sepanjang hidupnya, terkadang manusia harus menggunakan
topeng untuk menutupi identitasnya. Topeng atau yang biasa disebut kedok
ini akan terus melekat selama manusia menjalani kehidupannya. Dua sisi
kehidupan inilah yang menjadi inspirasi dari tari kedok ireng tarian
yang berasal dari Jawa Barat.
Pada awal tarian, tiga orang penari
duduk bersila di tengah panggung. Dengan kostum berwarna cerah, kemudian
mereka membungkuk dan tidak lama mereka berdiri dan sudah memakai
topeng yang berwarna merah muda. Kemudian dari samping panggung muncul
tujuh penari yang melengkapi formasi tari kedok ireng. Dengan gerakan
yang lentur, mereka berpasang-pasangan menari-nari dengan menggunakan
topeng. Formasi berpasangan ini seperti menandakan bahwa dua sisi baik
dan buruk akan selalu ada dalam diri manusia.
Kesepuluh
penari terlihat semakin enerjik dengan sesekali melompat dan
melemparkan selendang. Di lain gerakan, mereka juga melepas topeng dan
berputar-putar. Para penari juga sesekali membentuk formasi seperti
ingin memberikan sambutan kepada penonton. Dengan iringan musik yang
berasal dari kendang dan gamelan yang rancak, gerakan-gerakan penari ini
semakin menarik untuk disaksikan.
Kedok ireng sendiri berasal
dari dua kata yang memiliki arti berbeda. Kedok memiliki arti sebagai
penutup wajah dan ireng berarti hitam. Secara umum, kedok ireng memiliki
makna gambaran hidup seorang manusia yang dilihat dari sisi baik dan
buruk. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan pada dua
sisi kehidupan yang akan selalu melekat dalam diri manusia hingga sang
maut menjemput.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar